Senin, 18 Maret 2013

SEMANTIK BAHASA INDONESIA


Buku                           : Bahasa dan Sastra Indonesia VIII SMP
Penerbit/ Pengarang : Yudhistira/ Suharma, dkk.
Tahun                         : 2010

Aspek Kebahasaan
Menguasai dan Menerapkan Kata yang Mengalami Pergeseran Makna
Contoh                        : “Saya sependapat dengan Saudara Dira, permasalahan ketertiban lingkungan memang tanggung jawab kita bersama.”
            Kata ‘Saudara’ pada contoh di atas mengalami pergeseran makna. Dulu kata saudara hanya berarti ‘orang yang seibu seayah atau memiliki hubungan darah’, tetapi sekarang saudara juga berarti siapa saja yang dianggap sederajat atau berstatus sosial yang sama’.
            Faktor yang mempengaruhi pergeseran makna di antaranya adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan sosial budaya, perbedaan bidang pemakaian, adanya asosiasi atau pertautan makna, pertukaran tanggapan indra, perbedaan tanggapan, penyingkatan, proses gramatikal, dan adanya pengembangan istilah.
            Jenis pergeseran makna adalah sebagai berikut:
1.      Pergeseran makna meluas, yaitu makna yang baru lebih luas daripada makna yang lama. Contoh: kata ibu (dulu berarti ‘orangtua perempuan’ sekarang untuk menyebut semua perempuan yang kedudukannya lebih tinggi atau patut kita hormati).
2.      Pergeseran makna menyempit, yaitu makna yang baru lebih sempit daripada makna yang lama. Contoh: kata sarjana (dulu berarti setiap orang yang pandai, sekarang untuk yang bergelar atau lulusan perguruan tinggi).
3.      Pergeseran makna amelioratif, yaitu makna yang baru dianggap lebih halus daripada makna yang lama. Contoh: kata pramuwisma (dianggap lebih halus daripada kata pembantu).
4.      Pergeseran makna peyoratif, yaitu makna yang baru dianggap lebih kasar daripada makna yang lama. Contoh: kata bini (dianggap lebih kasar daripada kata istri)
5.      Pergeseran makna sinestesia, yaitu perubahan atau pergeseran makna akibat penukaran indra. Contoh: kata manis untuk indra pencecap bertukar dengan indra penglihatan, yaitu pada kalimat “Gadis itu manis.”
6.      Pergeseran makna karena asosiasi (pertautan makna), yaitu dipertautkan dengan hal-hal lain. Contoh: kata amplop yang berarti alat untuk menyampul surat, bisa juga untuk membungkus uang sogok.
7.      Perubahan total, yaitu pergeseran makna yang berubah secara total. Contoh: kata ceramah dulu berarti cerewet, sekarang berarti pidato.

Buku                           : Bahasa dan Sastra Indonesia IX SMP
Penerbit/ Pengarang : Yudhistira/ Pardjimin
Tahun                         : 2005

Membahas Aspek Kebahasaan
Memahami Pergeseran Makna
            Pergeseran makna meliputi ameliorasi, peyorasi, perluasan makna, penyempitan makna, asosiasi, dan sinestesia. Pergeseran makna terjadi di antaranya karena kita mengenal ragam halus dan kasar, sopan dan tidak sopan.
1.      Ameliorasi dan Peyorasi
Contoh            : “Perempuan yang sedang memasak di dapur itu menoleh ke belakang, lalu kelihatan olehnya Asnah berdiri di dekatnya”
            Kata perempuan merupakan kata yang mengalami pergeseran makna. Kata perempuan saat ini dirasa lebih rendah. Kata wanita dianggap lebih tinggi rasanya. Pergeseran semacam ini disebut ameliorasi.
            Perubahan makna pada arti baru dirasakan lebih rendah disebut peyorasi. Kata perempuan dianggap lebih rendah nilainya

2.      Sinestesia
Contoh  : (1). Ha, ha, ha,.....kasar benar kata itu, Adik! Akan tetapi...
              : (2) Mobil-mobilan buatan Edi masih kasar karena belum dihaluskan.

Kata kasar pada contoh (1) ditangkap oleh indra pendengar, sedangkan pada contoh (2) ditangkap oleh indra peraba. Pergeseran makna kata karena pertukaran tanggapan dua indra disebut sinestesia.



Buku                           : Semantik 2
Pengarang                  : Djajasudarma
           
Pergeseran Makna
Pergeseran makna terjadi pada kata-kata atau frase bahasa Indonesia yang disebut eufemisme atau melemahkan makna. Caranya dapat dengan mengganti simbolnya atau kata, frase dengan yang baru dan maknanya bergeser, biasanya terjadi pada kata-kata yang dianggap memiliki makna yang menyinggung perasaan orang yang mengalaminya.
Pergeseran makna terjadi dalam bentuk imperatif seperti pada segera laksanakan yag bergeser maknanya menjadi harap dilaksanakan atau mohon dilaksanakan terjadi eufemisme. Demikian pula terjadi pergeseran makna kata atau frase seperti berikut:
1.      Tuna netra (buta)
2.      Tuna rungu (tuli)
3.      Tuna wisma (gelandangan)
4.      Tuna susila (pelacur)
5.      Cacat mental (orang gila)
6.      Pramusiwa (pelayan bayi)
7.      Pramuwisma (pembantu)
8.      Pramuniaga (pelayan toko)
9.      Menyesuaikan harga (menaikkan harga)
10.  Dipetieskan (masuk kotak), dll.
Dikatakan pergeseran makna bukan pembatasan makna, karena dengan penggantian lambang atau symbol makna semula masih berkaitan erat tetapi ada makna tambahan (eufemisme), menghaluskan (pertimbangan akibat psikologi bagi kawan bicara atau orang yang mengalami makna yang diungkapkan kata atau frase yang disebutkan).